Nama Guhang memiliki sejarah unik bagaikan kisah nyata dan dapat dibuktikan dengan kasat mata tentang keanehan dan keunikan sejarahnya. Pada zaman dahulu ada dua lubuk diatas gunung, satu lubuk yang sekarang dijadikan areal pekuburan umum dulunya didiami oleh Teungku di Lubok atau Teungku di Syuka. Sedangkan lubuk satu lagi diatasnya yang disebut lubuk Temanggung didiami oleh seorang raja yang dikenal dengan sebutan Raja Jaman Zakiman Chet. Raja ini suka mengganggu dan membuat tingkah emosional negatif. Hingga pada suatu saat ia menyandera seorang putri (bkan muhrimnya) di lubuk Temanggung sehingga timbul keresahan dimasyarakat pada saat itu dan khabar ini tercium oleh Teungku di Lubok.
Teungku di Lubok langsung bereaksi untuk menyelamatkan sandera dengan caranya sendiri. Penyelamatan ini harus dilakukan dan selesai sebelum ayam berkokok dimana putri harus dibawa sampai ke tempat yang dituju ke ujung raja lama tuha yang merupakan kuta raja zaman dahulu. Sandera yang telah diambil dibawa lari lewat terowongan dari lubuk yang sekarang tembus kekolam didepan Meunasah Guhang dimana dulunya disitu juga terdapat istana Teungku (Raja). Sebelum sampai ketempat yang dituju dikawasan Padang Meurante ayam berkokok, maka perjalanan berhenti sampai disitu yang sekarang dinamakan Suak Puntong. Sekitar tahun lima puluhan didalam Gua didepan Meunasah Guhang muncul ikan-ikan besar jenis Kerling. Airnya dalam dan mengerikan istilah Guha dalam Gampong Guhang. Sejak itulah orang-orang menyebutkan daerah ini sebagai Gua atau Guhang.
Sejarah unik lainnya juga dapat dibuktikan, dimana pada setiap tahun tepatnya pada kenduri maulid, dari terowongan ini keluar piring-piring putih yang jumlahnya lebih kurang 100 buah. Piring ini digunakan untuk acara kenduri raja, khazi dan ulama-ulama setiap tahunnya. Pada suatu ketika piring ini ditukar oleh salah satu masyarakat dengan iring yang sama warnanya dan dimasukkan kembali ke terowongan dimaksud. Pada tahun berikutnya piring yang keluar hanya piring yang dimasukkan oleh masyarakat tadi dan sampai saat ini piring tersebut tidak keluar lagi. Oleh karena itu, dikenalnya terowongan tersebut sebagai Gua dan sering-sering disebut oleh masyarakat pada saat itu. Dengan seringnya disebut-sebut Gua, akhirnya masyarakat pada saat itu sepakat memberi nama gampong menjadi Gampong Guhang.